Agama dan Ideologi Iklan

Oleh: Syahrul sangaji
Alumni UIN Alauddin Makassar
Karakter dan gambar subyek merupakan merupakan sesuatu yang dikonstruksikan secara sosial. Subyak-subyek masyarakat adalah kumpulan konsumen yang menjadi pembeli terhadap cerita, ide dan ilusi yang ditawarkan oleh periklanan.
Biarpun ada yang mengatakan bahwa semakin pintar iklan memproduksi periklanan, akan semakin terpikatlah orang terhadap pesan yang dikesankan oleh iklan tersebut. Harus diakui bahwa pesan iklan memiliki kekuatan sosial, yang bisa menjadikanya teks Agama baru yang menentukan kesadaran masyarakat.
Iklan telah membentuk kesadaran semu atau kesadaran palsu yang efektif karena tidak ada dialog dan hanya menekankan pada kemimpian. Sudah tentu dalam kaitan ini tidak ada iklan yang memiliki totalitas dalam arti bisa melarutkan semua kesadaran konsumenya. Apalagi jika masih ada dikalangan masyarakat sendiri kekuatan moralitas yang resisten seperti moralitas Zuhud. Sehingga subyak-subyak manusia kreatif masih terjaga.
Pertanyaan paling mendasar ialah: apakah agama masih memiliki kepekaan untuk menjawab timbulnya The Consumer Society sebagai tantangan moralitas? Jika jawabanya ya, jelas yang diperlukan ialah tentang pentingnya peran agama yang harus muncul sebagai Appeal moralitas yang harus mampu melakukan dekonstruksi wajahnya sendiri dalam proses sosial kapitalistis yang berwatak hedonistis.
Agama harus menjadi ideologi yang peka untuk melakukan konsolidasi humanistis, tatkala manusia di keping—keping dalam kesadaran lebih sebagai hamba merek dagang ketimbang sebagai hamba Tuhan, yang memiliki tanggungjawab mewujudkan masyarakan yang adil dan diridhoinNya.
Dalam langkah yang nyata, saya kira, inilah saatnya dakwah agama harus mampu mengatasi kompleksitas dirinya, yang sekarang ini, seolah—olah agama merasa rendah di depan gaya hidup kapitalistis dan modernitas. Apalagi yang paling strategis, jika agama justru berusaha mengharmoniskan agama dengan ideologi iklan.
Tanpa Islam yang berwajah asketis ini muncul sebagai alternatif, saya kira, fungsi agama yang sesungguhnya harus menyuarakan solidaritas kemanusiaan akan menjadi redup. atau pesan agama akan menjadi ambigu secara moral, tatkala harus berhadapan dengan rakusnya manusia dalam era konsumsi dunia sekarang ini.
Share on Google Plus

About Penjara Ilmu

0 komentar:

Post a Comment